EDISI KHUSUS PILKADA SERENTAK
Oleh: Cokro_SIW
Orang-orang hampir sepakat bahawa Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilu Kada) yang paling seru nantinya adalah Pemilu Kada DKI Jakarta. Bukan saja DKI sebagai Ibu Kota Negara, melainkan calon-calon yang diusung oleh Partai Politik (parpol) adalah orang-orang yang cukup diakui daya kepemimpinannya. Antara pasangan calon (paslon) Ahok- Djarot, Agus-Sylviana dan Anies-Sandi siapa yang terbaik diantara mereka penentunya adalah suara terbanyak, tentunya adalah masyarakat DKI sendiri.
Tetapi disamping itu juga, bukan bermasuk ikut camput atas pesta pemilu di daerah lain. Tetapi lebih kepada sikap objektif kami melihat potensi DIK sebagai ibu kota Negara. Mungkin kebanyakan kami anak derah lebih mengenal ibu kota dari pada lingkungan tempat kami tinggal. Sebabnya adalah media massa yang hampir setiap detik memberitakan drama dan kisa Ibu Kota. Mulai dari kisah metropolitan, kemacetan, pengusuran, kematian, kemiskinan, nakoba, isu SARA sekalipun tidak diharapkan muncul dan masih banyak lagi, sampai kepada siapa yang mampu mengatasi masalah yang terus bergantian di Ibu Kota Negara sampai saat ini.
Pemilu Kada ini adalah cerita dimana akan dipilih sosok pahlawan yang kiranya mampu mengatasi maslah itu. Tidak jarang loh, orang bilang bahwa masalah Jakarta itu hampir setara dengan masalah Nasional. Pembaca silahkan simpulkan bagaimana menarik masalahnya hingga anggapan ini benar atau salah. Tidak bermasuk menggurui bahwa siapa yang cocok untuk DKI adalah siapa yang paling masyarakat kenali, tentu yang dikenal itu adalah hal-hal yang positif bukan yang negatif atau positif yang dibuat-buat (pencitraan).
Bukan buah bibir lagi, jika banyak calon-calon yang meperdagangkan janjin-janjinya di atas panggung kampanye, kemungkinan pasti ada pada pemilu serentak kali ini. Tapi yang unik pada pemilu kali ini adalah siapa yang memiliki program kerja bagus dialah pemilik kantong-kantong massa, ditambah ongkos yang tidak sedikit (begitu katanya). Jika semua paslon menjajikan hal yang sama maka keputusannya ada pada pemilih yang cerdas.
Saya mau mengutip perkataan yang mendidik kita dalam suasan politik, kutipan yang diambil dari seorang penyair Jerman Bertolt Brecht ia mengatakan “Buta yang terburuk adalah BUTA POLITIK, dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga-harga komoditas, obat, tepung dan makanan semua tergantung pada keputusan politik. Si Dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, politisi busuk serta rusaknya perusahaan nasioanal dan multinasional”.
Jika ingin tahu betul apa yang ingin disampaikan penyair Jerman di atas, bacalah berkali-kali. Bahawa masa depan Ibu Kota Negara ada ditangan anda warga DKI, kami diaerah hanya bisa menonton dari kejauhan tanpa bisa berbuat banyak atas nasip ibu kota Negara kami juga. Jika warga DKI dungu seperti tulisan di atas, maka nasip seluruh bangsa juga terpengaruh lewat pemberitaan media massa yang hampir setiap saat kami terima.
Semoga anda warga DKI tidak lupa kasus-kasus dan kisah-kasih periode kepemimpinan pasca pemilu terakhir kali yang dimenangkan oleh Jokowidodo yang kini sudah menjadi Presiden di Negara kaya ini. Entah karena Jokowi tidak menjabat lagi atau ada hal lain hingga kasus demi kasus terus kami tonton, Sumber Waras, Reklamasi, Pengusuran Berkali-kali, Persidangan, Suap-menyuap itu semua tak lebih akibat dari peristiwa politik sama yang dimaksudkan oleh penyair di atas.
Sekali lagi kami katakan, bahwa nasip separuh bangsa ini ada di ibu kota, jika anda dungu dalam memilih pada pemilu nanti, hancurlah sudah. Bukan saja ibu kota Negara ini yang dikuasi, tapi Negara juga dalam genggaman mafia-mafia politik yang berkedok pahlawan itu. CERDASLAH MEMILIH.
Rate This Article
Thanks for reading: PENDIDIKAN POLITIK UTNUK DKI, Sorry, my English is bad:)