Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!

Epistemologi Islam, Sains



PANDAHULUAN

Selama ini dipahami oleh sebagaian besar umat, baik umat Islam sendiri maupun umat non muslim, bahwa Islam itu hanyalah agama yang mengatur ibadah mahdah (ritual) seperti shalat, puasa, zakat, haji, nikah, waris dan lain lain. Padahal Islam lahir sebagai konsep (pedoman hidup) yang menyeluruh baik hal-hal yang menyangkut ibadah ritual, ibadah sosial termasuk peranannya dalam pengembangan IPTEK. 

Peran Islam mengalami ketimpangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Ketimpangan dalam IPTEK menimbulkan ketidak seimbangan alam dan sosial. Krisis yang dihadapi IPTEK saat ini adalah salah arah dalam perkembangannya baik pada alam maupun pada manusia (hubungan sosial kemanusiaan). Secara alami telah banyak terjadi kerusakan alam: pemanasan alam atau global warming menimbulkan efek pemanasan menyeluruh, banjir terus menerus, badai merata dimana-mana. Dibidang sosial manusia semakin individual, keterasingan jiwa, kejahatan bermunculan dan lain-lain. 

Tulisan ini mencoba mencari jalan keluar melalui jalur pendidikan, karena pendidikan adalah wadah yang memproses perpaduan antara IPTEK dengan IMTAQ atau dengan kata lain mengintegrasikan kembali Islam sebagai agama dengan Islam sebagai ilmu pengetahuan, karena sumber ajaran Islam al-Qur’an bukan sekedar berisi perintah ibadah mahdah/ritual tetapi juga semangat untuk memahami ilmu pengetahuan duniawi hingga ukhrawi sebagaimana awal lahirnya Islam dimuka bumi. Inilah Islam yang dikembangkan oleh para ilmuwan atau ulama Muslim baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan umum seperti: AlKawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Mereka mengembangkan ajaran Islam secara utuh baik Islam sebagai agama maupun Islam sebagai ilmu pengetahuan tidak terpisah-pisah seperti sekarang ini. 



Gagasan integrasi ilmu dan pendidikan Islam menjadi sangat signifikan peran dan fungsinya untuk menghindari keterjebakan kecenderungan masing-masing obyek studi. Pendidikan Islam sebagai satu bentuk institusi tentu berbeda telaah dengan pendidikan Islam sebagai suatu ilmu dan berbeda pula ketika pendidikan Islam tersebut dibicarakan sebagai satu bentuk proses kependidikan. 

Terjadinya ketidak seimbangan alam akibat kerusakan lingkungan, baik iklim, cuaca, temperatur, suhu dan lain-lain terutama yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia, telah semakin merusak kehidupan dimuka bumi ini. Iklim yang tiba-tiba bergeser tidak seperti biasanya, cuaca yang tiba-tiba berubah dari panas ke dingin atau sebaliknya. Pemanasan bumi secara menyeluruh global warming dan lain lain adalah hasil dari cara berpikir dan tindakan yang tidak mengikuti sunnnatullah. Manusia berprilaku dengan menggunakan paradigma rasionalitas tanpa mendapat sentuhan dan petunjuk dari Rabbul ‘ Alamin (pemelihara alam semesta). Bukankah sebelum ilmu pengetahuan berkembang pesat seperti dewasa ini, alam semesta dalam kondisi aman. Sedikit sekali terjadi gejala-gejala alam maupun gejala-gejala sosial yang berdampak pada gejala alam. 

Era millenium dan globalisasi saat ini, dimana dunia khususnya bumi menjadi sangat dekat. Segala peristiwa dengan mudah dapat terpantau oleh penduduk bumi. Dengan segala kecanggihan teknologi yang ditemukan manusia, ternyata bukan semakin membawa kesejahteraan jiwa dan mentalnya. Seolah antara lahir dan batin memiliki tujuan yang berbeda. Kebutuhan lahiriyah hampir mutlak terpenuhi, sementara batinnya tidak nyaman disebabkab cara berpikirnya keluar dari fitrah batinnya mengapa? Salah satu jawabannya adalah terpisahnya tujuan dari hubungan antara ilmu agama dalam hal ini agama Islam dengan ilmu-ilmu modern saat ini. 


Perdebatan panjang untuk mensinkronkan lagi antara ilmu agama dengan sains, sesungguhnya sudah terjadi dalam waktu yang cukup panjang. Selama hampir dua dekade ini, ilmuwan-ilmuwan muslim telah mencoba. Memikirkan kembali identitas kontemporer dari apa yang dinamakan sains Islam. Yang merupakan salah satu tugas intelektual yang cukup berat, tetapi penting yang kini sedang dilakukan oleh para ilmuwan, teknologteknolog dan filosof-filosof Muslim. 

Beberapa kali pertemuan untuk membahas hal diatas. Terutama dalam pertemuan di Geneva di bulan April 1985 oleh International Federation Of Institutes Of Advance Study dan seminar yang diselenggarakan oleh Islam and the west International, yang diberi nama”science and technologyin Islam and the west: A Synthesis” telah memperluas pemahaman kita hakikat kontemporer sains Islam. Sesungguhnya kita semakin dekat pada definisi tentang sains Islam, yang akan memberikan garis besar kebijaksanaan pengembangan sains untuk negara-negara Muslim. Kebijaksanaan yang memungkinkan diserapnya manfaat-manfaat yang berharga dari sains dan teknologi tanpa mengorbankan nilai-nilai dan kebudayaan Islam, serta mampu memberikan bentuk yang hidup dan dinamis kepada filsafat pandangan dunia Islam. Terlepas dari dimilkinya wawasan terhadap pertanyaan “apakah sains Islam itu,” pertemuanpertemuan itu telah menghasilkan sebuah pertanyaan yang sama-sama perlu dikemukakan: “mengapa kita membutuhkannya?” Pertanyaan terakhir ini bisa dijawab baik dari perspektif barat maupun Islam, yang sangat mengherankan, jawaban-jawabannya saling melengkapi.......


Lanjut Baca Di PDF

Rate This Article

Thanks for reading: Epistemologi Islam, Sains, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

إرسال تعليق

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //