Follow Aras Atas on Facebook Contact Us Open!

Filsafat Sorates Kritik Atas Pemikiran Filsafat Sokrates

Kritik Atas Pemikiran Filsafat Sokrates

Kritik Atas Pemikiran Filsafat Sokrates

Socrates dikenal luas sebagai orang sangat cerdas yang suka mengajukan pertanyaan untuk membantu orang lain berpikir. Namun, tidak semua orang setuju dengannya. Sebagian orang menganggap cara berpikirnya tidak baik atau tidak cocok pada beberapa masalah.

Jadi, Socrates adalah seorang pemikir yang membuat orang mempertanyakan banyak hal, dan meskipun sebagian orang tidak menyukainya, banyak orang lain yang belajar darinya! Mari kita bahas apa saja bentuk kritiknya dan siapa saja pelakunya. ​​

Kritik yang pertama  datang dari Aristoteles, khususnya pendekatan abstrak dan metode dialektisnya. Socrates dikenal karena upayanya mengeksplorasi definisi universal terkait konsep etika seperti keadilan dan kebajikan melalui dialog dan sesi tanya jawab. Bagi Aristoteles metode itu sama sekali tidak membantu dalam menemukan jawaban-jawaban konkrtit. Dia berpendapat bahwa metode-metode tersebut seringkali jauh dari kenyataan sebenarnya dan tidak memberikan pedoman konkrit dalam perilaku sehari-hari.

Menurut Aristoteles, pencarian definisi universal yang dilakukan Socrates cenderung mengabaikan kompleksitas situasi konkrit dan variasi  penerapan prinsip-prinsip moral, sehingga mengurangi efektivitas Socrates dalam menangani masalah-masalah praktis. Lebih lanjut, Aristoteles mengkritik pemikiran Socrates yang tidak memperhatikan peran emosi dan keinginan dalam etika.

Socrates sering  menekankan pengendalian emosi dan keinginan melalui rasionalitas sebagai kunci kebajikan. Sebaliknya, Aritoteles menekankan pentingnya keseimbangan antara akal dan emosi serta pengembangan kepribadian yang seimbang. Aristoteles percaya bahwa teori etika Socrates berfokus pada aspek teoretis dan kurang memperhatikan penerapan kebajikan  dalam  kehidupan sehari-hari, yang menjadi fokus  etika praktis.

Kririk yang kedua datang dari Friedrich Nietzsche. Nietzsche kerapkali mengkritik dalam arti tidak sutuju dengan beberapa pemikiran Sokrates. Socrates percaya bahwa menjadi cerdas dan mengikuti aturan adalah cara terbaik untuk menjadi baik. Namun, Nietzsche menganggap Socrates salah. Ia percaya bahwa selalu bersikap masuk akal dan mengendalikan perasaan alami bukanlah cara hidup yang baik. Sebaliknya, Nietzsche menganggap penting untuk mendengarkan naluri kita, menjadi kuat, dan menunjukkan kreativitas kita. Ia merasa bahwa ide-ide Socrates membuat orang menahan diri mereka yang sebenarnya alih-alih membiarkannya bersinar. Disini Nietzsche menekankan pentinya kemerdekaan berpikir dan bertindak, dia menjunjung tinggi kebebasan berekspresi sebagai individu sekaligus sebagai masyarakat.

Adapun kritik lain datang pemikir seperti Pyrrho dan Sextus Empiricus  yang scara terang tidak begitu menyukai cara Socrates berbicara kepada orang-orang. Mereka berpikir bahwa ketika Socrates mengajukan banyak pertanyaan, orang-orang malah semakin bingung, bukannya membantu mereka menemukan jawaban yang jelas. Mereka percaya bahwa cara bicara seperti ini tidak membantu orang mengetahui apa yang harus dilakukan atau apa yang benar-benar benar. Intinya mereka tidak setuju dengan metode dialog yang diajukan oleh Socrates ada masyarakat Athena pada waktu, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara beruntun.

Berikutnya datang Martin Heidegger. Heideggar memiliki cara berpikir yang berbeda tentang berbagai hal jika dibandingkan Socrates. Ia percaya bahwa Socrates menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memikirkan aturan dan apa yang benar atau salah bagi setiap orang. Heidegger berpikir bahwa hal ini membuat Socrates kehilangan bagian-bagian penting dari menjadi manusia, seperti perasaan kita dan makna-makna khusus dalam hidup kita. Ia ingin mengingatkan semua orang bahwa pengalaman dan sejarah pribadi kita sangatlah penting dan harus menjadi bagian dari cara kita berpikir tentang hidup.

Yang terakhir dari Kaum Stoa. Filsuf seperti Epictetus dan Seneca, tidak sepenuhnya setuju dengan Socrates. Mereka berpendapat Socrates terlalu mementingkan penggunaan otak kita untuk menghadapi emosi. Daripada hanya memikirkan atau membicarakan tentang emosi, kaum Stoa percaya bahwa  kita harus melatih pengendalian diri dan berusaha menemukan kedamaian dalam diri kita melalui tindakan dan disiplin.

Sebagian orang berpikir bahwa Socrates terlalu peduli untuk menemukan kebenaran bagi setiap orang, namun dia luput pada realitas bagaimana masyarakat bekerja dan bagaimana orang-orang hidup bersama sebagai satu kesatuan sosial dan sistem (kerajaan).

Rate This Article

Thanks for reading: Filsafat Sorates Kritik Atas Pemikiran Filsafat Sokrates, Sorry, my English is bad:)

About the Author

Aras Atas

Post a Comment

Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.
// //