

Filosofi Ikigai: Cara Menemukan Tujuan Hidup yang Bermakna
Kurator : Aras Atas
Filosofi Ikigai berasal dari Jepang dan sering diartikan sebagai "alasan untuk hidup" atau "alasan untuk bangun di pagi hari." Konsep ini menggambarkan keseimbangan antara apa yang kita sukai, apa yang kita kuasai, apa yang dibutuhkan dunia, dan apa yang bisa menghasilkan uang. Bagi masyarakat Jepang, Ikigai bukan hanya soal karier atau kesuksesan besar, tapi juga bisa ditemukan dalam kebahagiaan kecil sehari-hari. Misalnya, orang-orang di Okinawa percaya bahwa memiliki Ikigai membuat hidup mereka lebih panjang dan berkualitas. Namun, di tengah gaya hidup modern yang penuh tekanan, menemukan Ikigai bisa jadi terasa membingungkan.
Menemukan Ikigai tidak harus selalu berhubungan dengan pekerjaan besar atau pencapaian luar biasa. Ikigai bisa sesederhana menikmati secangkir kopi di pagi hari, membaca buku favorit, atau menghabiskan waktu dengan orang yang kita sayangi. Misalnya, seorang guru yang bahagia saat melihat muridnya berkembang sudah menemukan Ikigai-nya. Begitu juga seorang penulis yang merasa puas ketika tulisannya menginspirasi banyak orang. Ikigai bukan soal menjadi orang terbaik, tapi soal menemukan sesuatu yang membuat hidup lebih bermakna dan menyenangkan.
Filsuf eksistensialis Jean-Paul Sartre memandang Ikigai dari sudut kebebasan dan tanggung jawab individu. Menurutnya, manusia tidak sekadar menemukan makna hidup, tetapi harus menciptakannya sendiri. Sartre menolak gagasan bahwa ada tujuan hidup yang sudah ditentukan, sehingga setiap orang harus menentukan Ikigai mereka sendiri melalui keputusan dan tindakan. Artinya, Ikigai bukan sesuatu yang muncul tiba-tiba, tetapi sesuatu yang kita bangun dari pilihan-pilihan hidup kita. Ini mengingatkan kita bahwa makna hidup bukan datang dari luar, tapi dari dalam diri kita sendiri.
Sementara itu, Rollo May, seorang psikolog eksistensial, menyoroti hubungan antara Ikigai dan keberanian. Banyak orang merasa takut mengambil langkah besar karena takut gagal atau keluar dari zona nyaman. Menurut May, menemukan Ikigai membutuhkan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, mencoba hal baru, dan tetap bertahan di tengah tantangan. Misalnya, seseorang yang sudah lama bekerja kantoran tapi bermimpi menjadi fotografer harus berani mengambil langkah kecil menuju impiannya, meskipun awalnya sulit. Keberanian untuk mencoba adalah kunci utama dalam menemukan Ikigai.
Di dunia modern, banyak orang merasa kehilangan arah karena tekanan sosial dan ekspektasi yang tidak realistis. Media sosial memperburuk keadaan dengan standar kebahagiaan yang sering tidak relevan dengan kenyataan. Akibatnya, banyak yang merasa gagal atau tidak cukup baik. Padahal, Ikigai bukan soal membandingkan diri dengan orang lain, tapi menemukan kebahagiaan dalam hidup kita sendiri. Seseorang yang bekerja sebagai barista dan mencintai interaksi dengan pelanggan mungkin lebih bahagia daripada orang yang memiliki jabatan tinggi tetapi merasa hampa. Ikigai adalah tentang rasa puas dan bahagia dengan apa yang kita lakukan, bukan tentang status atau pengakuan orang lain.
Cara sederhana untuk menemukan Ikigai adalah dengan bertanya pada diri sendiri: Apa yang membuat saya bahagia? Apa yang saya kuasai? Apa yang bisa saya berikan kepada dunia? Dan bagaimana saya bisa mendapatkan penghasilan dari hal tersebut? Misalnya, jika seseorang suka memasak, punya keterampilan dalam mengolah makanan sehat, dan ingin berbagi manfaatnya dengan orang lain, maka membuka usaha katering sehat bisa menjadi Ikigai yang tepat. Tidak perlu langsung besar, yang penting adalah menikmati prosesnya dan merasakan kepuasan dari setiap langkah kecil.
Di Indonesia, filosofi Ikigai sangat relevan dengan budaya kita yang menjunjung tinggi gotong royong, kebersamaan, dan keluarga. Ikigai tidak harus selalu berorientasi pada karier atau materi, tetapi juga bisa ditemukan dalam kontribusi sosial. Seorang ibu rumah tangga yang dengan penuh cinta merawat keluarganya atau seorang relawan yang membantu anak-anak kurang mampu, mereka mungkin tidak terkenal atau kaya raya, tetapi mereka telah menemukan makna dalam hidup mereka. Makna hidup tidak selalu tentang pencapaian besar, tapi juga tentang hal-hal kecil yang membawa kebahagiaan dan dampak positif bagi orang lain.
Pada akhirnya, Ikigai bukanlah sesuatu yang ditemukan dalam satu malam, melainkan sesuatu yang terus kita bangun dan kembangkan seiring waktu. Hidup yang bermakna bukan hanya tentang mencapai sesuatu yang besar, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hari-hari dengan kesadaran, keberanian, dan rasa syukur. Di tengah dunia yang semakin sibuk dan penuh tekanan, menemukan Ikigai bisa menjadi cara untuk menjaga keseimbangan, menemukan kebahagiaan, dan merasa lebih hidup setiap hari. Jadi, apakah kamu sudah menemukan Ikigai-mu?
Join the conversation